ANNAS, PENDIDIKAN, DAN INDONESIA
Melihat semakin hari semakin seram berita terkait pendidikan di indonesia. Berita-berita tentang pendidikan seperti berita-berita tentang kriminal. Anak-anak sekolah itu terlihat seram. Ooo Tuhan. Bukankah mereka adalah sosok yang seharusnya menggemaskan.
Di warung-warung, di jalan-jalan, kata-kata biang risih telinga terdengar. Siapa itu? Ahh biasa anak sekolahan. Ribut-ribut, rame-rame, preman bukan sihh?? BUKAN! itu anak sekolahan. Ini saat-saat Indonesia ngelus dodo. Terdengar seperti masalah serius. Atau ini memang serius ? Bisa dipastikan dengan cara duduk sambil ngopi dan bertanya. Terus bertanyalah. Ini masalah serius nggak sihh? Dengan hening. Gelas kopimu menjawab “wussshhhh...“ Jiahahaahaha..
Dipikir-pikir. Apa yang salah. Apa yang belum dilakukan oleh pihak-pihak pendidikan. Pendidik ngapain saja. Anak sekolah ngapain saja. Ibu kantin ngapain saja. Kok ibu kantin juga di bahas sih??? Lho lho lho.. jangan pikir yang berperan dalam pendidikan ini hanya orang yang berseragam.
Salah besar itu. Ibu kantin, tukang parkir, kuli bangunan, dan orang tanpa seragam lainnya juga berpengaruh. Terus apa? Apa karena tukang parkir tidak mengajar dan membawa spidol? Padahal tukang parkir disiplin sekali mengatur tata kendaran. Bahkan kadang lebih rapi dari tatakenegaraan. Terus apalagi. Pusing dengkul ini.
Annas. Guru Annas. Tampaknya berita itu membangunkan keperihatinannya. Dia senyum dan tertawa. Pria dengan blangkon yang sregep sholat depan rumahnya pun heran. Apa-apaan ini? Apa maksudnya? Annas hanya diam dan menatap. Seolah-olah dia punya solusi untuk masalah ini. “hee.. heee.. mereka semua itu Annas.. mereka itu manusia”.
Guru Annas memang ahli agama. Dia keilmuan islam nya pun bagus. Entah kenapa nama Annas mengingatkan pada surat pendek yang dihapalkan anak TK. Andai anak sekolahan yang kurang bener tadi hafal bener-bener tentang pelajaran TK. Kok mereka lagi? Ehhh iya. Andai pendidik-pendidik hafal surat Annas dengan baik.
Hafal saja? Kira-kira sudah banyak juga. Tapi yang benar-benar tahu substansi isi Annas itu pendidik yang baik. Pria dengan blankon bertanya lagi kenapa harus Annas. Maksudnya hubungannya dengan pendidikan di Indonesia ini apa. Pria blangkon itu bertanya-tanya.
Annas. Manusia. Manusia Indonesia. Manusia-manusia butuh pendidikan di Indonesia. Ibarat menanam jagung. Harus diberi obat jagung. Menanam kedelai. Harus diberi obat kedelai. Mendidik manusia pun harus diberi pendidikan manusia. Lalu yang harus diacu apa? Annas. Annas. Annas. Maksudnya surat Annas. Maksudnya Al-Quran. Melihat yang terjadi. Apa yang ada didalam surat annas.
“katakanlah aku berlindung pada Rabb Manusia, Raja Manusia, Sesembahan Manusia .......” Iya kah. Kenapa urutannya harus Rabb. Kemudian Raja. Kemudian Sesembahan. Mungkin ada yang berfikir. Itu kan terjemahannya sudah disepakati bersama oleh ulama atau kemenag.
Tapi didalam maksud urutan itu tercermin Annas. Manusia. Pendidikan pada manusia. Ohh Tuhan.. Engkaulah Rabb hamba. Yang penuh kasih sayang. Engkaulah Raja hamba yang penuh kehebatan. Engkaulah Sesembahan kami yang satu-satunya hamba muliakan.
Dari perenungan itu pria dengan blankon dalam pikirannya penuh benturan informasi. Dialektika terjadi. Panas kepala dirasakan. Hingga akhirnya berteduh memikirkan Annas sambil ngopi. Di pikirannya hanya ada urutan pertama Rabb (kasih sayang) urutan kedua Raja (kekuasaan) urutan ketiga Sesembahan (mulia). Mumet sirah e dull..
Tiba-tiba guru Annas mendatangi orang yang bingung ini. “kang mau nonton pengajian di TV ndak?” hanya senyum saja untuk menghargai tawaran itu. Dan akhirnya ada ustad-ustad TV yang mengkaji tentang mengamalkan nilai-nilai dalam Al-Quran. Sok mikir pria blangkon mendapat pencerahan. Dia seperti mendapat ilmu tingkat tinggi. Dia berdialektika kembali. Apa hubungan urutan-urutan Annas tadi dengan pendidikan di Indonesia?
Akhirnya di penghujung pemahaman. guru Annas mantuk-mantuk sambil tersenyum. Hadirlah sebuah kesimpulan. Pria dengan blangkon, dengan gagahnya berkata tentang pemahamannya. Cara mendidik itu ada urutan-urutannya. Urutannya itu seperti yang dicerminkan surat Annas. Siapa disini maksudnya? Pendidik siapa? Guru? Orangtua? Atau siapa. Maksudnya itu Annas. Kok Annas maksudnya? Loo loo loo.. manusia toh maksudnya. Selagi dia manusia berati bisalah pakai ilmu Annas untuk mendidik.
Yang pertama. Kalau berinteraksi keilmuan awali dengan payung kasih sayang dulu. Jika diberi kasih sayang tapi malah ribut sendiri. Malah mbludak dan ada-ada saja tetek bengek yang dilakukan. Jika kasih sayang bujuk rayuan tidak mempan lagi. Maka keluarkan jurus yang kedua.
Kekuasaan. Ancaman tidak naik kelas. Ancaman tidak jadi dokter. Entah apalah pokok jangan sampai marah-marah juga. Itu setan. Yang penting mereka takut kalau terus-terusan nakal. Ya harus begitu. Seolah-olah jadi raja saja. Anak-anak yang berjalan di jalan pendidikan pasti lama-lama akan sadar.
Memangnya pendidik itu siapa? Manusia kan? Bukan sesembahan. Manusia tidak bisa merubah anak. Tidak bisa memintarkan anak. Menjeniuskan anak. Harus melakukan jurus dari ayat ketiga. Pendidik selaku manusia harus meminta pada sesembahan manusia. Jangan lalai. Ada Tuhan yang menciptakan manusia. Pendidik berdoa. Doa untuk anak didiknya.
Seketika itu guru Annas mantuk-mantuk lagi. Bagus sekali menurutnya. Perlukah dicoba? Kemudian pria dengan blangkon itu berkata ”looo looo looo... kan yang jadi guru kan njenengan pak Annas” .
Guru Annas menjawab
“tadi katanya sampean semua manusia bisa mendidik?? Sampean bukan manusia??”
Kedua manusia itu tertawa bareng “jiahahahahaha..”
Yogyakarta, 6 April 2018
S. Fahmi Bastian
Komentar
Posting Komentar