TUHAN TAK MUNGKIN KETLISUT
Dinamis memang. Segalanya mengalami perubahan karena pengaruh lingkungan. Masyarakat di gunung, di pesisir, di desa, di kota menjalani gaya hidupnya masing-masing. Mungkin saja, akan terlihat aneh jika ada orang pantai yang mencoba hidup di gunung. Begitu juga sebaliknya.
Orang gunung bingung bagaimana susahnya mencari makanan di lautan. Orang pesisir pun bingung susahnya mengolah kebun di gunung.
Atmosfer masyarakat tadi berbeda-beda. Hal ini mengakibatkan salah anggapan sebagian orang. Kenapa salah anggapan, karena tidak tahu ilmunya. Dalam bergerak saja, orang gunung tidak sama dengan orang pantai.
Mungkin jika mereka saling mengamati, mereka juga akan saling menyimpulkan bahwa orang-orang itu sangat aneh. Kok ada orang yang kayak gini dan kayak gitu hmmmmhh. Andai kita berposisi sebagai orang yang serba lengkap akan teknologi, pergi ke desa atau ke pedalaman, pasti kita berfikir bahwa orang-orang desa itu dalam masalah, dalam kesusahan, belum maju, dan lainnya. Sebenarnya kurang pas juga jikalau beranggapan demikian.
Kehidupan mereka bisa saja lebih menyenangkan daripada orang-orang yang sudah tak asing dengan android, internet, mobile legend, dan lainnya.
Entah kenapa, banyak yang berfikir bahwa susah senang nya manusia diukur dengan status sosial. Kalau begitu bagaimana dengan orang-orang besar di luar sana. Mengapa mereka bunuh diri, mengapa mereka menjadi gila, mengapa mereka berlari-lari tak tenang hidupnya. Lalu dimana Tuhan mereka?
Apakah mereka kehilangan Tuhannya? Atau mungkin yang mereka tuhankan bukanlah tuhan yang sesungguhnya. hmmm, jika demikian, apakah orang yang serba kekurangan tidak merasa kebahagiaan. Bukankah, tidak mungkin Tuhan lupa memberi kebahagiaan bagi orang-orang di gubuk sederhana pinggir waduk sekalipun.
Sudahlah, hmmmmm.. tolok ukur kebahagiaan bukanlah status sosialmu, tapi tatakrama mu terhadap Tuhan. "Maka sudahilah sedihmu yang belum sudah..dan mulai lah syukur muyang pasti indah..." Hmmmmhh malah nyanyi.. sudahlah.
9 Juli 2018
Fahmi Bastian
Waduk Sremo
Dinamis memang. Segalanya mengalami perubahan karena pengaruh lingkungan. Masyarakat di gunung, di pesisir, di desa, di kota menjalani gaya hidupnya masing-masing. Mungkin saja, akan terlihat aneh jika ada orang pantai yang mencoba hidup di gunung. Begitu juga sebaliknya.
Orang gunung bingung bagaimana susahnya mencari makanan di lautan. Orang pesisir pun bingung susahnya mengolah kebun di gunung.
Atmosfer masyarakat tadi berbeda-beda. Hal ini mengakibatkan salah anggapan sebagian orang. Kenapa salah anggapan, karena tidak tahu ilmunya. Dalam bergerak saja, orang gunung tidak sama dengan orang pantai.
Mungkin jika mereka saling mengamati, mereka juga akan saling menyimpulkan bahwa orang-orang itu sangat aneh. Kok ada orang yang kayak gini dan kayak gitu hmmmmhh. Andai kita berposisi sebagai orang yang serba lengkap akan teknologi, pergi ke desa atau ke pedalaman, pasti kita berfikir bahwa orang-orang desa itu dalam masalah, dalam kesusahan, belum maju, dan lainnya. Sebenarnya kurang pas juga jikalau beranggapan demikian.
Kehidupan mereka bisa saja lebih menyenangkan daripada orang-orang yang sudah tak asing dengan android, internet, mobile legend, dan lainnya.
Entah kenapa, banyak yang berfikir bahwa susah senang nya manusia diukur dengan status sosial. Kalau begitu bagaimana dengan orang-orang besar di luar sana. Mengapa mereka bunuh diri, mengapa mereka menjadi gila, mengapa mereka berlari-lari tak tenang hidupnya. Lalu dimana Tuhan mereka?
Apakah mereka kehilangan Tuhannya? Atau mungkin yang mereka tuhankan bukanlah tuhan yang sesungguhnya. hmmm, jika demikian, apakah orang yang serba kekurangan tidak merasa kebahagiaan. Bukankah, tidak mungkin Tuhan lupa memberi kebahagiaan bagi orang-orang di gubuk sederhana pinggir waduk sekalipun.
Sudahlah, hmmmmm.. tolok ukur kebahagiaan bukanlah status sosialmu, tapi tatakrama mu terhadap Tuhan. "Maka sudahilah sedihmu yang belum sudah..dan mulai lah syukur muyang pasti indah..." Hmmmmhh malah nyanyi.. sudahlah.
9 Juli 2018
Fahmi Bastian
Waduk Sremo
Komentar
Posting Komentar