Sedikit cerita tentang kejadian-kejadian ringan
disekelilingku. Dalam narasi ringan ini, aku yakin ada berkas-berkas cahaya
ditumpukan sampah kata-kata. Yang membawa kesadaran bahwa Tuhan menyertaimu.
Keseharian manusia kadang berbeda-beda. Ada yang hidup
dengan sedikit masalah, ada pula yang hidup penuh masalah. Hmmmm.. hadapi saja semampunya.
Ada yang santai menghadapi masalah, biarpun besar
masalahnya. Ada yang stres hanya karena ketinggalan nonton live konsernya
Blackpink. Heehh.. itu masalah remeh sekali.
Awal perasaan yang kacau, apa itu? otakku berkata “itu
khawatir”. Berfikir yang tidak-tidak membuatku malas bertindak dan berfikir
sehat. Semua rasa yang ku rasakan tidak semuanya kuinginkan. Kenapa demikian,
karena otak dan jiwa butuh vitamin untuk merasa apa-apa yang diinginkan. Lagi-lagi
itu adalah nafsu.
Mulai dari bangun tidur, semua terasa On. Waktunya melakukan
rutinitas yang lama-lama membosankan juga. Fikiran juga menampung banyak beban
hingga bercabang. Rasa apa yang diinginkan, kadang diperbudak oleh
lingkungan. Jujur, Kita tak menginginkan, tapi alam memaksa.
Dimensi waktu terus berjalan, kala itu terbesit dedaunan
yang jatuh berguguran. Kita saling memandang, aku ingin bertanya padamu yang kering
dan tidak hijau lagi. Sama kah dengan masa depan manusia? Bahwa semua dari kita
akan berakhir?
Maka bersenang-senang dijalan yang baik dan benar adalah pilihan
yang pas saat menunggu mati. Tidak dapat dipungkiri, dan harus kita sadari, Tuhan
tidak hanya menciptakan rasa senang, Tuhan juga menciptakan rasa sedih dan
lusinan kata-kata soal rasa. Layaknya makanan di pesta pernikahan, semua harus
dirasakan.
Semua kejadian berubah dengan dengan sangat rapi, seperti
yang terjadi. Hingga banyak yang melupakan peran Tuhan. Dimensi waktu, yang
sangat detail itu sebenarnya sudah selesai diatur. Di detik ini akan ada apa,
semua sudah tersekenario. Tuhan ada di setiap titik-titik waktu yang berjalan.
Apa artinya itu? Artinya selama ini Tuhan selalu Stand-by mengingat
kita, mengetahui apapun tentang kita. Lantas seringkali kita lupa, dibalik
kejadian ada kehendak Tuhan. Semudah itu terlupakan. Hingga kita menjadi lemah,
sedih, khawatir. Beban berat menancapkan tubuh dalam kesedihan. Hmmmm.
Teringat soal rasa, jika Tuhan menciptakan kesedihan,
kekhawatiran, maka kita wajib merasakannya. Saya yakin kita semua sudah pernah
merasakannya, maka dari itu mulai sekarang kita tidak perlu lagi merasa sedih
dan khawatir lagi karena kita sudah pernah mencicipinya. Sekarang waktunya untuk
menikmati hidup. Dengan cara bersenang-senanglah dijalan yang baik dan benar sebelum
gugur seperti dedaunan yang kering.
Iklas menerima rasa, membuatmu menang melawan kesedihan. Jikapun
kalah, itu karena kamu jarang menyapa Yang maha stand-by. Ingat lah bahwa Tuhan
itu Maha Stand-by.
Hat Yai, 20 februari 2019
Fahmi Bastian
Komentar
Posting Komentar